Hello.. It’s me again. I’ve just re-read Raditya Dika’s novel: Marmut Merah Jambu. Dan aku menemukan kalimat yang membuat aku bergumam, “Hei, ini gue banget geto loh!” di chapter yang berjudul PERTEMUAN TERAKHIR DENGAN INA MANGUNKUSUMO, yaitu:
“Unrequited love, atau cinta yang tak berbalas, adalah hal yang paling bisa bikin kita ngais tanah. Untuk tahu kalau cinta kita tak berbalas, rasanya seperti diberitahu bahwa kita tidak pantas untuk mendapatkan orang tersebut. Rasanya, seperti diingatkan bahwa kita, memang tidak sempurna, atau setidaknya tidak cukup sempurna untuk orang tersebut.”
Well, kalimat diatas sangat menggambarkan keadaanku saat ini. Cinta yang tak berbalas, ha-ha-ha! Aku memang nggak ngais tanah seperti kata Raditya Dika, aku nggak mau tanganku kotor dan cacingan. Hmm.. Tapi kukuku tetap jadi jelek karena garuk-garuk tembok. Sedih. Sebenarnya bukan sekali aku mengalami hal ini, tapi entah kenapa ini lebih sedikit menyakitkan. Yeah, “you don’t know what you have until it’s gone” itulah quotes yang sering diucapkan orang-orang. Aku baru menyadari ‘sesuatu’ ke dia disaat-saat terakhir, disaat dia mulai ‘berpaling’ ke yang lain. Dan ya bisa ditebak, cintaku pun akhirnya tak berbalas. Menyesal? Sedikit.
Memang bukan salahkujuga sih kalau aku terlambat setahun untuk menyadari ‘sesuatu’ itu. Perasaan orang nggak ada yang tau kan? Tapi aku tetap merasa salah. Mungkin ada yang salah dengan aku sampai dia ‘berpaling’ ke yang lain. Berbagai macam pikiran random melayang-melayang seenak jidat di otakku, "Tambah jelek kah aku? Terlalu kasar kah aku? Tidak baik kah aku?" Ah, entahlah. Benar kata Raditya Dika, rasanya seperti diingatkan bahwa aku nggakcukup sempurna untuk dia. Atau justru dia yang nggak cukup sempurna untuk aku, makanya Allah mau kasih rencana lain yang jauh lebih baik? Ya, semoga saja, toh kalau jodoh nggak akan kemana :)
No comments:
Post a Comment