“Hari ini aku bertemu dengan lelaki tampan, dia mengajakku berkenalan. Ah, sepertinya aku jatuh cinta pada pendangan pertama dengannya.” Itu yang kamu katakan berkali-kali padaku. Senyum indah selalu merekah di bibirmu saat mengatakannya, menambah kecantikan di wajahmu. Aku hanya bisa tersenyum, turut bahagia. Bagaimana mungkin aku tidak bahagia melihat sahabatku sedang jatuh cinta? Meski dalam hati, aku tidak yakin dengan lelaki itu.
Setiap harinya senyummu makin merekah, tidak pernah pudar sedikitpun. Aku selalu melihatmu pergi dengan dandanan yang luar biasa cantik dan pulang dengan membawa barang-barang, entah mawar merah, cokelat atau boneka. Sepertinya lelaki tampan itu kini sudah berhasil memikatmu dan membuatmu sibuk hingga kamu tidak pernah cerita lagi tentang dia selama berminggu-minggu. Sungguh membuatku sedih dan entahlah, sedikit cemburu mungkin karena kamu melupakan sahabatmu ini...
***
Ada yang tidak beres denganmu saat kamu pulang hari ini. Senyum itu tidak lagi ada, rambutmu berantakan, matamu benar-benar sembab dan terdapat bercak darah di sekitar bibirmu. Yang paling mengenaskan, bajumu sobek dimana-mana. Hei, ada apa? Keadaanmu sungguh berantakan sekali. Apa yang dilakukan oleh lelaki itu? Tapi kamu tak kunjung menjawab runtutan pertanyaanku. Kamu hanya melirikku sekilas, kemudian menarikku ke dalam kamar.
Saat itu aku sempat berkata padaku, “Maaf, aku telah melupakanmu selama berbulan-bulan. Ternyata lelaki itu sampah. Dia merenggut semuanya dariku. Ya, semuanya. Keperawananku, harta bendaku, bahkan mungkin, hidupku. Maafkan aku, Teddy...”
Perasaanku tidak enak.
JANGAN! Aku mohon, jangan lakukan itu, Samara! Teriakku sekeras-kerasnya.
Terlambat.
Darah mengucur dari pergelangan tangan kirimu yang memegangku.
Sekeras apapun aku berteriak, aku tidak akan pernah bisa mencegahmu bunuh diri. Karena aku hanyalah sebuah boneka beruang...
No comments:
Post a Comment